Antara Saya dan Tulisan Mas Gol A Gong

[Gonjlengan 05]
Anggit Wicaksono, 22, Solo

BALADA SI ROY!

Buku apa itu? Tanyaku pada diriku sendiri, setelah melihat 2 buah buku Balada Si Roy di sebuah kios buku di belakang Stadion Sriwedari, Solo. Wah, kelihatannya menarik! Maka, aku pun membelinya. Aku menelitinya ketika sampai di rumahku, bukunya memang sudah bekas, tapi kondisinya masih baik. Judulnya RENDEZ-VOUZ dan BAD DAYS. Kuteliti lagi, hah? Sudah buku ketiga dan keempat. Berarti, buku kesatu dan keduanya? Tak apalah, kubaca dulu bukunya, setidaknya aku sudah tahu bagaimana karakter Si Roy. Tapi, aku bingung, karena langsung baca buku ketiga dan keempat.

Siapa itu Venus?
Siapa itu Dullah, Eman, Tatang, plus Borsalino?
Siapa itu RAT, RM?
Toni, apa memang dari kisah pertama sudah buntung kakinya?
Kenapa Andi meninggal?
Siapa Opik?
Yang lebih mengerikan, Iwin yang kecelakaan, sehingga kuping kirinya putus!
Diputus Jesse, si Keren, dan beralih ke Suci, si Hitam Manis.
Aku bingung! Tapi menegangkan!

Aku pun berniat untuk mencari tahu lebih jauh tentang Balada Si Roy. Kuputuskan pertama-tama mencari di internet. Kulihat ada sepuluh judul Balada Si Roy terbitan Gramedia Pustaka Utama, yang berjudul:

  1. JOE
  2. AVONTURIR
  3. RENDEZ-VOUZ
  4. BAD DAYS
  5. BLUE RANSEL
  6. SOLIDARNOS
  7. TELEGRAM
  8. KAPAL
  9. TRAVELLER
  10. EPILOG

Aku pun mulai hunting ke berbagai tempat. Tapi nihil. Alhamdulillah, saat aku pergi ke Gramedia Slamet Riyadi, aku menemukan buku kedua, AVONTURIR. Cetakan baru, dan harganya didiskon pula! Aku pulang ke rumah dan membacanya. Aku pun tahu lebih banyak, tentang kenapa Roy pergi avontur. Aku sebelumnya tidak tahu, karena di buku ketiga, Roy sudah pulang dari pengembaraannya, dan mamanya dirawat di rumah sakit. SPIDER pula, geng lama Roy saat di Bandung. Yang beranggotakan Yuke, Jimmy, dan Posma. Saraswati yang mirip Ani, Dewi Venus. Yah, dan banyak lagi. Buku kedua pun sudah ludes terbaca habis. Aku pun mulai hunting lagi, dan aku menemukan buku kelima, BLUE RANSEL. Lho, sudah berpetualang lagi, Roy? Padahal di akhir buku keempat, Roy masih meratapi geretan Zippo-nya yang hilang. Dan mulailah muncul Iis, pengembara sialan, yang mempermainkan Roy dengan cara yang unik, seorang gembel di mesjid, dan banyak lagi, dan akhirnya kembali pulang ke rumah.

Hahaha, aku merasa kurang puas sebelum aku menamatkan kesepuluh bukunya. Aku mencarinya di internet, ada seorang kawan dari Bandung, menawarkan buku keenam sampai kesembilan! Wow, dengan harga yang cukup murah pula!

Yes, aku sudah menamatkan buku keenam sampai sembilan tersebut. Dalam buku keenam, Suci sudah punya pacar. Muncul pula karakter baru, Rina, si Buntut Tikus, dan Ayu, si Kacamata. Dan yang paling membuat saya tercengang, Roy minta izin Mamanya untuk avontur ke Sulawesi! Yah, mamanya akan kesepian lagi! Tapi semuanya terjawab pada buku ketujuh, TELEGRAM. “Spider akan datang dan melakukan petualangan lagi”, begitulah kalimat dalam sebuah telegram yang memaksa Roy untuk menunda avonturnya ke Sulawesi. Dan pastinya membuat mamanya sangat gembira. Spider pun datang, dan melakukan pendakian ke Gunung Karang. Lalu bermain rakit-rakitan di sebuah desa, di mana kakek dan nenek Mumu tinggal. Pergi melaut, dan akhirnya pulang ke Bandung. Roy ikut Spider ke Bandung dengan alasan ingin menengok Rani, saudara perempuan dari pihak Almarhum papanya. Sempat juga Roy bersitegang dengan Jimmy. Jimmy tahu bahwa Roy tidak pulang setelah ke Bandung, tapi melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi. Dan bertemu dengan Ayu, si Kacamata yang sekarang bertempat tinggal di Jogja. Lalu Mima, dan pengeroyokan oleh Yoyo. Hah, tahu-tahu sudah sampai buku kedelapan, KAPAL, dimana Roy sudah menyeberangi lautan. Bertemu dengan Jamal, Mardi, Aisyah, dan Fahrul. Karakter Roy berubah. Dari buku ketujuh sampai ke sembilan, Roy menceritakan tentang perjalanannya. Dan dalam buku kesembilan, TRAVELLER, Roy sudah kuliah, tapi keluar dan mulai avontur lagi. Tapi kali ini ke luar negeri! Ke Malaysia dan Thailand.

Ya, hanya kurang buku kesatu dan terakhir! Dan aku pun mulai mencari di internet lagi. Dan dalam sebuah blog, kutemukan buku kesatu dan terakhir itu. Walaupun membacanya melalui HP, tapi aku telah merampungkan kesepuluh judul Balada Si Roy.

Saat aku membaca Balada Si Roy, aku selalu membayangkan berperan sebagai Roy. Dan aku bercermin pada si Roy. Roy banyak memberi masukan kepadaku. Apa saja.

Solidaritas, kerja keras, ketegaran, dan masih banyak lagi.

Semoga aku dapat merubah diriku ke arah yang lebih baik dengan bercermin lewat kisah-kisah seperti itu….

Terima kasih, ya Allah
Terima kasih mas Gola Gong
Terima kasih untuk semuanya…

(ditulis pada akhir November 2009)

* * *

Leave a comment